CITRA MANUSIA DARI FILSAFAT PSIKOLOGI KE FILSAFAT ANTROPOLOGI

(Refleksi tentang Manusia dalam Perspektif Mohammad Iqbal)

Authors

  • Suhermanto Ja’far State Institute of Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel

Abstract

Tulisan ini memfokuskan pada citra Manusia menurut Eksistensialisme dan Iqbal Citra manusia (kepribadian atau Ego) yang sebenarnya adalah amal (tindakan yang bermakna) bukanlah benda. Tindakan (gerak) kreatif itu mempunyai tujuan dan nilai spiritual yang diistilahkan dengan amal, dimana melalui amal manusia akan hidup mengalir dan abadi secara berkesinambungan. Meaningful Action (tindakan yang bermakna) merupakan sebuah dasar eksistensi manusia dalam mewujudkan dirinya. Iqbal merumuskan tindakan yang bermakna ini sebagai wujud dari cara berada manusia ketika berhadapan dengan realitas lainnya. Tindakan yang bermakna dalam konsep Iqbal diberi muatan ontologis-religius yang menekankan pada aspek moral spiritual Islam dengan istilah amal. Bahkan dengan tindakan yang bermakna (amal) inilah manusia sanggup mengatasi kemungkinan keabadian (immortality). Filsafat antropologi Iqbal berkaitan erat dengan konsep manusia dengan penekanan pada ego yang dikenal dengan istilah Khudi. Dalam menjelaskan makna khudi, Iqbal membaginya dalam dua pengertian, yaitu secara metafisik dan etik. Iqbal dapat dikatakan sebagai seorang filosof Eksistensialisme Islam, karena pemikirannya tentang Ego menitik beratkan pada keberadaan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Alam. Apabila kita mencoba memadukan antara konsep manusia menurut Kierkegaard dan Muhammad Iqbal tentunya terdapat adanya persamaan dalam mengungkapkan konsep manusia. Dalam hal ini Kierkegaard menekankan bahwa manusia tidak pernah sebagai sesuatu “aku umum” melainkan sebagai “aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat diasalkan kepada sesuatu yang lain. Hal ini senada dengan Iqbal, yang mengatakan bahwa, kehidupan seluruhnya adalah individual. Maka dalam hal inilah Iqbal memberikan konsep manusia sebagai “khudi yang metafisik” di mana keberadaan manusia sulit didefinisikan, karena adanya perbedaan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, sikap manusia di dalam dunia senantiasa diusahakan agar dapat ditentukan dari sudut hidup batinnya yang sesuai dengan norma-norma umum (etis: Kierkegaard) yang kedua-duanya itu (etis dan estetis) seiring dengan konsep Iqbal tentang khudi yang etis. Karena baik Iqbal maupun Kierkegaard mempunyai konsep bahwa manusia adalah tidak punya kekuatan sama sekali, ada eksistensi yang lebih tinggi, dia adalah Tuhan. Dialah (Tuhan) merupakan segala ikatan yang umum. Dari sini tentunya ada perbedaan antara Iqbal dengan Kierkegaard dalam hal obyek. Kalau Iqbal, Tuhan dalam hal ini adalah Allah sedangkan Kierkegaard adalah Kristus.

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2011-12-31

How to Cite

Suhermanto Ja’far. (2011). CITRA MANUSIA DARI FILSAFAT PSIKOLOGI KE FILSAFAT ANTROPOLOGI: (Refleksi tentang Manusia dalam Perspektif Mohammad Iqbal). Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism, 1(2), 227–252. Retrieved from https://journal.sadra.ac.id/ojs/index.php/kanz/article/view/131

Issue

Section

Articles